HELSINKI
- Sebelum ponsel bergenre layar sentuh melapisi pasar, telefon genggam ala
candy bar adalah tokoh utama dalam teknologi perangkat genggam. Saat itu, Nokia
cukup lama menjadi diktator, sampai akhirnya dia tumbang.
Kini,
kejayaan Nokia hanya tinggal kenangan. Meskipun sejatinya Nokia kini mencoba
untuk merangkat perlahan-lahan menuju gerbang kesuksesannya kembali. Tetapi
tampaknya menarik, mengulas apa penyebabnya runtuh Nokia dari bisnis ponsel
yang pernah melambungkan namanya.
Setidaknya
adalah tiga alasan yang membuatnya down dari bisnis perangkat mobile, seperti
dikutip dari Wired, Rabu (21/10/2015).
Bergerak Lambat
Kompetisi
perangkat mobile sebenarnya mulai panas pada 2007, ketika Apple merilis iPhone
pertama. Saat itu, Nokia masih setia dengan platform Symbian hingga 2011.
Ketika
telah semakin banyak pesaing kuat bermunculan seperti BlackBerry dan Android,
barulah Nokia seperti “tertampar” untuk segera bangun dari tidur panjangnya
selama 5 tahun dengan merilik OS dari Microsoft, yakni Windows Phone.
Meski
banyak yang mengatakan, pilihan yang dibuat Nokia kala itu juga adalah lompatan
yang salah. Pasalnya, OS Microsoft tergolong masih premature dan belum banyak
mendukung fitur-fitur canggih seperti para pesaingnya Android, iOS, dan
BlackBerry OS.
Terlepas
dari itu semua, Nokia tetaplah terlalu lambat dalam mengambil keputusan dengan
membuang-buang waktu hingga 5 tahun lamanya.
Wajar
hingga akhirnya Nokia kehilangan loyalitas pengguna yang lebih memilih beralih
untuk menggunakan ponsel dengan sistem operasi yang memudahkannya mengakses
internet secara mobile, ketimbang memakai WAP browser (browser bawaan OS Java)
yang lemot dan membosankan.
Gempuran Smartphone China
Nokia
tidak hanya terlalu lambat dalam bergerak, tetapi juga tidak menyadari bahaya
musuh yang lain. Siapa sangka, pasca sistem operasi Android mulai booming,
produsen-produsen smartphone dari China mulai mengejar dari bawah.
Ditandai
dengan munculnya HTC, Huawei, ZTE, yang mendobrak pasar low-end. Kemudian
diikuti oleh vendor lainnya seperti Xiaomi, Lenovo, dan Asus, semakin membuat
Nokia kehilangan pesonanya di mata pengguna.
Pasar
seolah-olah “dimakan” seluruhnya oleh kompetitor. Apple menyasar pasar pucuk
dengan produk iPhone-nya yang mahal, sedangkan di bagian tengah dan bawah
dikerumuni oleh vendor China dan Korea, seperti Samsung dan BlackBerry.
Nokia Dianggap Usang
Keterlambatannya
merespon pasar, membuat nama Nokia semakin dianggap usang oleh pengguna. Nokia
dianggap produsen ponsel yang gagal berinovasi dan mengadopsi kebutuhan pasar
yang cepat.
Di
saat itu, jsutru Samsung yang dianggap cemerlang dalam inovasi. Nama Samsung
kian melambung dan identik dengan sosok inovator dengan smartphone-smartphone
Android ciptaanya.
Adapun
Nokia, dianggap sebagai warisan tradisional, yang harum dengan karya-karya
ponsel candy bar besutanya. Seakan menyerah dengan keadaan, Nokia akhirnya
diakuisisi Microsoft dan menelurkan Windows Phone.
0 Response to "Runtuhnya Nokia"
Posting Komentar